Monday, February 4, 2008

Mbak Ayu Setu Legi

Begitulah saya menjuluki mbak ayu yang berjualan sayur keliling di kompleks perumahan saya. Oops, tunggu dulu... jangan membayangkan "sesuatu yang berhubungan dengan sex" terlebih dahulu antara saya dan mbak sayur itu. Posting kali ini saya tujukan sebagai pujian kepada wanita (siapapun mereka) atas kecantikan yang mereka miliki. Wanita benar2 mahluk yang luar biasa, begitu menggoda untuk dimiliki. Sempurna sekali sebagai pendamping hidup. Tidak ada yang lebih cantik (dan juga rumit) dibandingkan mereka.


Sebenarnya nama dia Putri (suer ini nama asli). Saya memanggilnya "iput" yang saya anggap itu kependekan dari Putri. Kata istri saya - dengan nada cemburu - itu pasti plesetan dari "imut", padahal menurut siapapun juga selain istri saya dia itu tidak bisa dibilang imut - dan memang benar2 tidak imut. Dia seorang janda beranak satu, meskipun sebelumnya dia ngaku ke kami masih perawan. Setiap pagi dan kadang sore dia selalu berkeliling di cluster perumahan saya. Bertubuh agak tambun, berkulit putih bersih, berwajah manis, bibir tipis tapi berdada besar.

Saya memberinya julukan "Mbak ayu setu legi" yang akhirnya dijadikan nama perusahaannya (Sayur keliling Mbak Ayu Setu Legi - di tulis di gerobak sayurnya), kalau anda tahu dia atau pernah belanja sayur ke dia, mungkin anda adalah tetangga saya. Salam kenal kalau begitu, mari kita ngopi kapan2.

Julukan itu saya ambil dari salah satu lagunya Mus Mulyadi (kakaknya Mus Mujiono), penyanyi keroncong dari Surabaya (saya suka lagu2nya :) ). "Mbak Ayu Setu Legi" itu kependekan dari "Mbak Ayu Setengah Tuwo Lemu Ginuk-ginuk", kalau diterjemahkan ke bahasa indonesia artinya kira2 "Mbak Cantik Setengah Tua yang Gemuk". Ginuk2 itu kesannya berlemak dengan pipi chubby gitu loh.

Mbak Ayu Setu Legi ini setiap pagi dan kadang sore selalu berkeliling menawarkan sayur (padahal di gerobaknya tidak melulu ada sayur saja) di kompleks kami. Ibu2 akan langsung berkerubut mengelilinginya. Ada yang memuji dan mencaci (karena pesanannya lupa gak dibawain). Tetap saja si Mbak Ayu dengan setia melayani.

Kadang2 bapak2 ada yang iseng menggoda.
"Mbak, jual kunci inggris nggak?". "Mbak, saya pesen Kit Wash Glow bisa?" - Seakan-akan mbak Ayu ini bengkel mobil saja.
"Mbak, ada jamu kuat gak - mau ngecat tembok nih". Biasanya si mbak akan jawab: "Ah, bapak.. kalau ngecat tembok sih perlu cat bukan obat kuat..". Padahal selain cat, juga perlu tangga, dan beberapa koran bekas buat nutupin lantai biar tidak terkena tetesan cat - sekedar intermezo buat anda yang belum tahu cara mengecat tembok.
"Mbak, agak pegel2 nih. Lagi sibuk gak?". - Nah, kalau yang ini sih konotasinya udah bukan bengkel lagi.
"Mbak, nanti jam 10 ada meeting ya". Kalau ini biasanya saya katakan ke sekretasis Bos supaya bos tidak lupa kalau kami mau meeting bareng dia - tidak ada hubungan sama Mbak Ayu :)

Suatu hari, ibu2 sudah selesai belanja dan si Mbak kecape'an beristirahat di depan rumah saya. Saya baru saja selesai jogging dan sedang menyirami rumput depan rumah. Bukan saya bermaksud tidak sopan dengan tidak mempersilahkan Mbak Ayu masuk ke rumah. Saya mengajak dia ngobrol sambil duduk2 di gazebo (baca: gardu) depan rumah.

Ternyata Mbak Ayu sedang mencari jodoh lagi, minta dikenalkan sama teman2 kantor saya yang masih single. Syaratnya tidak banyak, tidaklah perlu sebuah sedan Mercedes Benz atau rumah mewah di Pondok Indah, keperkasaan mutlak karena itulah arti seorang pria sejati. Asal pria tersebut cukup percaya diri dengan pekerjaannya dan mandiri itu sudah cukup.

Mbak Ayu merasa dirinya sudah mulai tua dan melar (gemuk). Sekarang umurnya sudah mendekati 31 tahun (masih muda juga sebenarnya). Hidup sebagai Janda dengan 1 anak terasa agak berat. Belum lagi bapak2 suami customer dia suka iseng menggoda.. bukan berarti dia merasa benci, dia takut kalau dia tergoda tetapi tidak mendapatkan seperti yang digodakan. Dia juga takut bisik2 orang sekitarnya yang semakin lama semakin mengganggu.

Makin lama dia juga makin tidak percaya diri dengan penampilannya yang makin membutuhkan cost untuk maintenance supaya tetap "cantik". Tetapi hasil bekerja sebagai tukang sayur sungguhlah tidak cukup, memang tidak sampai gosok gigi menggunakan tumbukan batu bata tetapi dirasa masih sangat kurang. Meskipun begitu dia masih optimis walaupun keluhan terus saja ada di sudut hati dia. Dia masih humoris membuat orang lain tertawa, dan dia masih semangat menjalani fungsi dia sebagai single parent bagi anaknya yang manis itu.

Saya kasihan melihat mbak ini tapi juga salut karena dia tetap tegar dan lucu meskipun menanggung beban sedemikian berat. Tapi saya heran kenapa belum ada lelaki yang mendampinginya lagi padahal sekilas bisa terlihat kecantikan dia. Dia cantik karena dia menyenangkan. Selalu ada hal lucu yang dia ceritakan dan dia celetukkan. Selalu saja dia supel dan ramah. Dia itu orangnya hangat. Siapapun orangnya, pasti betah berlama-lama ngobrol bersama dia. Sepanjang obrolan kami, dia masih sempat memberi nasehat2 pendek kepada saya yang merasa lebih pintar dari dia padahal tidak lah demikian faktanya.

Yah, bagaimanapun dia merasa dirinya tidak cantik karena gemuk (baca: tidak langsing) dan tua, dan bagaimanpun orang melihat ke-gemukan dia sebagai kekurangan.. wanita itu tetap cantik dan memikat buat saya, tergantung persepsi yang melihat dan menikmati keberadaan dia sebenarnya. Mbak Ayu Setu Legi, yang selalu hangat dan menyenangkan buat kami sekeluarga (dan sekompleks mungkin ...). Kami selalu memerlukan kehangatannya. Kami semua pasti selalu ingat akan Mbak.

... Musim'e rendeng, roto-roto kabeh dho' kademen ... (dicuplik dari lagu: Grimis-grimis nya Mus Mulyadi).

nb: posting ini didedikasikan buat Mbak Ayu Setu Legi tersayang. Mudah2an sayurannya makin segar.