Wednesday, October 24, 2007

Tato tante itu

Seminggu sebelum lebaran jalan2 di depan mal2/ITC di Jakarta banyak yang macet. Maklum, semua sedang sibuk berbelanja untuk hari besar itu. Hari itu saya dan teman sekantor sedang bosan makan di kantin kantor. Kami ingin makan keluar. Awalnya kami para pria ingin makan di Plaza Semanggi saja, tetapi kemudian ada beberapa teman wanita ingin ikut dan mereka "memaksa" kami supaya makan di Mall Ambasador. Dengan sedikit ngomel akhirnya kamipun menyetujui (maklum, ada wanita baru yang cantik sekali ikut dengan kami :)). Kami malas dengan macetnya.

Setelah makan teman2 wanita kami berjalan terpisah karena mereka mau berbelanja "sebentar" (meskipun ternyata tidak terbukti sebentar). Teman2 pria saya mengajak ke bawah untuk mencari DVD tetapi karena saya malas, saya memilih untuk nongkrong saja di food court Mall Ambasador. Saya sempat bertemu dengan teman lama yang bekerja di HP yang berkantor di Menara Bank Danamon (seberang Mall Ambasador) dan kami ngobrol sebentar. Tanpa saya sadari ternyata di meja depan saya sudah duduk seorang wanita yang sangat cantik. Berkulit kuning bening dan rambut agak ikal disemir coklat keemasan. Dia menggunakan kaos hitam model u-can-see (see what?) dengan belahan dada yang sangat rendah.

Setelah teman saya pergi, saya beranikan diri menghampiri meja tante itu. Saya bertanya apakah dia sendirian, kalau iya saya bermaksud menemani dia ngobrol karena saya juga sedang bengong sendiri menunggu teman2 saya. Ternyata dia OK saja.

Sayapun menarik bangku dan duduk di depan dia. Ternyata belahan payudaranya terlihat bagus sekali. Sangat montok dan bersih, kontras dengan kaos yang sedang dia pakai dan yang lebih luar biasa lagi ada tato di sana. Tato kupu2 di atas bunga. Tato itu berwarna hitam jadi terlihat sekali di atas kulitnya. Kami akhirnya asyik ngobrol banyak hal, tapi jujur saja sebagai lelaki normal (dan sangat suka sex) saya susah mengalihkan pandangan mata saya dari dadanya. Dari obrolan kami, saya ketahui dia bernama Vera (nanti saya sebut V aja ya) berumur 40 tahun dan sudah mempunyai 2 orang anak. Dia hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga saja dan dia sedang sibuk berbelanja sendirian karena pembantu dia sudah mudik (terlihat disamping dia ada banyak sekali tas2 belanjaan, pasti susah membawanya).

Karena berat sekali godaan tato (dan dadanya) bagi mata saya, akhirnya saya berterus terang,
"Maaf mbak, tato mbak bagus sekali. Jadi saya suka melirik kesana", seloroh saya.
V hanya tertawa. "Bukan kamu saja yang bilang begitu", katanya sambil menarik kaosnya sehingga makin memperlihatkan belahan dadanya. Sakit penis saya terjepit celana dalam saya karena ereksinya yang sangat keras sekali.

Dia menceritakan dia mentato dadanya sekitar 2 bulan yang lalu. Dia mentatonya di Bali waktu dia liburan bersama suaminya (meskipun tanpa ijin suaminya). Suaminya tidak suka dengan tato, tapi dia bermaksud memberikan kejutan ke suaminya. Dia yakin kalau tato itu bagus dan seksi, pasti suaminya suka. Ternyata sampai sekarang suaminya benar2 benci dengan tato itu, padahal cantik sekali lho - dia terlihat lebih muda dan menggairahkan dengan tato itu di sana. Suaminya suka bad mood bila melihat tatonya. Sementara dia sendiri merasa "seksi" dengan tato itu apalagi bila dia bisa berjalan2 keluar rumah dengan memperlihatkan tato di dadanya yang seksi itu. Setiap dia mandi dan bercermin, kadang suka "bergairah" bila memperhatikan tatonya sambil meremas-remas dadanya.
"Aku suka merasa muda dan seksi, lex. Gak tau kenapa tato ini membuat aku jadi ingin wild gitu", ungkap V. Sambil lagi2 menarik belahan kaosnya kebawah sehingga terlihat sedikit renda BH nya yang berwarna putih krem.
"Iya mbak, emang bagus banget. Sakit gak sih mbak ditato gitu?", tanya saya berlaga bloon :)
"Dulu sih rasanya agak sakit ya, terutama yang mendekati puting", jawabnya sambil satu jari telunjuknya mengelus-elus tatonya seakan-akan masih terasa sakitnya.
Makin keras ereksi penis saya jadinya. Tak bisa berhenti saya menelan ludah kebingungan dengan ulah dia. Saya belum bisa menebak maksud tante V ini. Sempat sekilas saya berpikir bahwa tante ini vulgar dan saya ingin mengajaknya tidur karena pasti yang dia lakukan sekarang adalah untuk menggoda saya. Tapi segera saya tepis karena ini baru pertemuan pertama. Saya tidak ingin kesan saya rusak karena gesture saya yang "mesum" :)

"Mbak, boleh pegang nggak?", tanya saya karena sudah tidak kuat menahan diri. Tante V ini malah tertawa renyah dan bilang jangan di sini donk, di sini kan tempat umum.
"Oh, nggak.. cuma pengen tau kulitnya jadi rusak nggak kalau di tato gitu.", sambil jari telunjuk saya maju menyentuh tatonya tanpa meminta permisi pemilik dada indah itu. Saya usap2kan jari saya di tato itu. Mulus sekali kulit itu, dan terasa makin sakit penis saya terjepit celana dalam saya. Saya turunkan sediti belahannya dan BH nya sehingga putingnya sedikit mengintip walaupun sebenarnya untuk menikmati keindahan tato itu tidak perlu sampai begitu.
"Eits.. nggak boleh.", kata tante V sambil menarik dada dan kaosnya ke atas. Saya hanya tertawa. Saya bisa merasakan muka saya panas - pasti wajah saya memerah.

"Saya pulang dulu ya, lex.. dah siang nih.", tiba2 dia pamit mau pulang. Kaget juga saya. Apakah saya sudah melakukan kesalahan dalam pendekatan ini? pikir saya.
"Rumah mbak di mana?", tanya saya.
"Di apartemen r***** situ, kuningan." Jawabnya sambil menyeringai mengangkat belanjaannya yang banyak banget.
"Naik apa mbak?"
"Taksi, lex.", jawabnya. "Mau antar?", tanyanya lagi.
"Boleh... "
Sempat bingung juga sih saya harus memberi alasan apa ke teman2 saya. Akhirnya saya telp teman2 bahwa saya ada perlu mendadak jadi harus ke kuningan saya minta maaf dan mereka pun setuju naik taksi dan mobil teman saya yang lain (kami berangkat menggunakan 2 mobil tadi). Saya sebenarnya agak merasa tidak enak dengan mereka, tapi ya.. sudahlah.

Di mobil, tante V bertanya kepada saya bagaimana rasanya tadi sebagai laki2 memegang dada wanita asing yang baru dikenal. Saya jawab bahwa saya tadi sangat berdebar-debar dan penasaran dan juga tentu saja horny sekali. Tante V hanya tertawa.
"Masih pengen lihat nggak?", tanyanya.
"Masih donk mbak. Boleh dibukain nggak mbak?", tanya saya.
"Boleh", katanya tante V sambil menurunkan belahan depan kaosnya sehingga puting dan juga kedua dadanya yang indah itu terlihat. Saat itu kami sudah di jalan menuju apartemennya. Saya meminggirkan mobil di pinggir jalan yang agak sepi dan saya remas kedua dada itu. Sekal sekali rasanya. Saya segera mengulumnya bergantian. Entah saya sudah berapa lama saya mengulumnya saya tidak ingat. Saat itu saya benar2 horny dan ingin pelampiasan.

"Hhhh...", dengus nafsu saya.
"Mbak, boleh nggak saya mengajak mbak ke hotel atau tempat saya?", tanya saya.
"Alex dear... saya tidak bisa. Saya tidak ingin menkhianati pernikahanku dengan suami aku.", jawabnya.
"Terangsang banget ya, lex?", lanjutnya dengan pertanyaan bodoh.
"Iya mbak. Perlu dilampiaskan nih..", jawab saya.
"Maaf ya, mbak gak bisa. Jujur aja, sampai sejauh ini dengan lelaki selain suamiku aja aku belum pernah lho, lex". katanya sambil membetulkan posisi kaos dan BHnya.
"Ya sudah mbak, gapapa. Mungkin someday.", jawab saya sambil mengerling nakal ke dia. Tante V hanya tersenyum. Terasa berdenyut-denyut penis saya.

Akhirnya saya mengantarkan dia sampai di rumahnya. Dia memberi saya no hp dan no apartemen. "Senang berkenalan dengan kamu, Alex." Kata tante V.
"Apalagi saya.", jawab saya. Cara berkenalan yang luar biasa menurut saya.
"Bye, mbak vera", saya kecup bibir tante V. Sebenarnya saya sudah siap dengan penolakan lagi tapi ternyata dia membalas kecupan bibir saya dengan lidah yang hot. Jadilah kira2 1 menit kami melakukan ciuman di depan pintu apartemennya.

Sepertinya dia memang tidak ingin berselingkuh tetapi hanya sekedar petualangan saja yang tidak terlalu dalam tetapi berkesan. Saya pasti akan menemui dia lagi suatu saat. Begitu sampai kantor, saya mencari mitha untuk membantu saya melampiaskan hasrat ini tetapi rupanya dia sedang keluar kantor. Jadilah hari itu saya lampiaskan dengan onani saja.

No comments: