Sewindu sudah lamanya waktu
Tinggalkan tanah kelahiranku
Rinduku tebal kasih yang kekal
Detik ke detik bertambah tebal
Pagi yang kutelusuri
Riuh tak bernyanyi
Malam yang aku jalani
Sepi tak berarti ....
Itu cuplikan lagi yang biasa kami nyanyikan waktu masih kuliah dulu. Bagi yang belum tahu, itu lagunya Iwan Fals berjudul rindu tebal - yupe, saya penggemar Iwan Fals sejak remaja sampai sekarang :). Weekend kemarin saya dan 2 orang pria teman baik saya berjanji bertemu di jogja. Kota yang sangat eksotik dan penuh kenangan bagi kami waktu kami kuliah.
Sebut saja teman saja Joe dan Amin. Kami dulu sama2 satu angkatan di salah satu kampus besar di kota Surabaya Jawa Timur. Kami selalu bersama-sama, bahkan dalam urusan sex. Tapi selalu saya yang punya pacar, entah ada apa dengan mereka sehingga selalu ditolak ketika mengajak seseorang pacaran. Tapi luar biasanya, mereka selalu punya check list cewek2 yang akan mereka dekati. Kadang saya sering merasa capek menemani mereka menggoda target2 mereka, sementara saya sendiri sudah punya pacar. Bahkan pernah pacar saya cemburu karena saya membantu mereka pendekatan ke target2 mereka. Sebenarnya wajah mereka tidak jelek. Joe orangnya sangat cerdas, dia bisa coding applikasi tanpa makan - tidur dalam waktu satu hari dengan algoritma yang sangat efektif sementara saya dan Amin perlu waktu kira2 1 minggu. Amin pribadinya sangat ceria dan easy going. Sangat humoris. Kalau saya sedang sakit batuk, pasti sulit sembuh karena setiap hari selalu tersengal batuk sambil tertawa mendengarkan dia berbicara. Entah karena nasib atau karena hasil dia belajar melucu, semua gesture dia selalu lucu. Saya sendiri orangnya sangat serius dan logis. Kadang saya cenderung sensitif. Memang, kami berbeda.. persamaan kami adalah persepsi kami ke wanita dan sex :)
One day, kami bertiga ingin sekali jalan2 ke jogja dengan alasan dan tujuan yang sangat tidak jelas. Kami dulu berpikir alasannya sangat jelas, yaitu terinspirasi lagu KLA Project. Tujuan itu tidak penting, bisa dipikirkan di kereta nanti. Kami semua memiliki orang tua dengan pendapatan rata2 menengah bawah yang berarti tidak ada budget untuk jalan2. Kuliahpun budgetnya cukupan, kami tidak pernah memiliki buku asli semuanya foto-kopian (pantas bajakan di Indonesia marak, mahasiswanya aja seperti ini). Untuk di teknik komputer buku tidak terlalu perlu, cukup howto (cari di google) dan manual (cukup ketik #man ... di unix :)) yang ada di komputer kami masing2.
Akhirnya kamipun mengatur jadwal kuliah dan praktikum sehingga kami bisa ke jogja selama seminggu. Jadwal sudah ada, tinggal uang yang belum ada. Sempat terpikir untuk membuat aplikasi toko atau apotik atau aplikasi apa saja dan menjualnya.. ide yang bagus tapi tidak bisa dilaksanakan karena perlu waktu dan ... jadwal kami adalah minggu depan.
Akhirnya kami sepakat untuk melamar menjadi asisten dosen kuliah S2 tapi Amin gagal dapat pekerjaan itu karena hanya ada 2 lowongan. Singkat kata, Amin dapat project setup linux router dan proxy di salah satu warnet baru di surabaya, Joe dan saya menjadi asisten dosen praktikum jaringan komputer.
Sesuai jadwal, kami pun berangkat ke jogja. Karena rencana kami sangat banyak - dan membutuhkan biaya yang lebih banyak dan tentu saja uang kami tidak cukup maka kami harus cut biaya sebisanya.. akhirnya kami berpikir untuk menginap di rumah teman daripada di hotel. Joe mempunyai teman bernama Adit di sana, dan orang tua Adit mengijinkan kami menginap di rumahnya. Perjalanan sangat menyenangkan. Kami naik kereta ekonomi (kalau tidak salah nama keretanya Sritanjung, entahlah.. saya lupa). Kami membawa gitar sehingga sepanjang jalan kami selalu bernyanyi - dan sempat hampir bertengkar dengan pengamen dalam kereta karena tidak mau mengalah, jadinya nyanyi bareng2 lagu yang berbeda - sehingga perjalanan dari Surabaya - Jogja terasa sangat menyenangkan, dan juga meskipun kami sempat di premanin penjual perman dengan disuruh (dipaksa, tepatnya) membeli permen dari dia karena Joe sudah mencium dan memencet-mencet permen yang dijual. Tapi overall, we were happy.
Kami turun di stasiun dan langsung menuju ke rumah Adit menggunakan becak. 1 becak untuk bertiga, jadi kadang kami bergantian dengan tukang becaknya ketika jalanan menanjak. Malam hari Adit mengajak kami jalan-jalan dan makan-makan di malioboro.
Kami bertiga tidur di tikar di ruang tamu rumah Adit, Adit tidak bisa tidur di lantai karena dia menderita masalah dengan paru2nya (paru2 basah istilah si Adit). Saya baru sadar bahwa Adit memiliki adik yang cantik (dan seksi). Begitu juga dengan ibu Adit. Rupanya Adit saja yang tidak beruntung karena menerima turunan wajah dari ayahnya :) Begitu terus, selama beberapa hari. Kami benar2 habis2an menikmati liburan dengan uang hasil kerja kami sendiri di jogja, mulai dari mengunjungi semua candi di jogja & magelang, pantai parangtritis, ngopi di pinggir rel kereta dekat stasiun tugu sampai nongkrong di UGM untuk melihat "cewek2 jogja" yang katanya cantik.
Hari ke 6, saya tidak dapat tidur. Sepertinya saya terlalu banyak minum kopi hari itu. Sekitar jam 1 malam saya mendengar suara derit tempat tidur di belakang di belakang. Oh, iya di belakang ada ruangan tanpa pintu, hanya ditutup kelambu, dan 1 tempat tidur di dalamnya. Diam-diam saya mengintip ke sana dan tampak ayah & ibu Adit sedang berhubungan sex. Ruangan tidak terlalu gelap karena menggunakan lampu tidur jadi aksi mereka terlihat. Saat pertama saya intip mereka sedang dalam posisi 69. Saya pun segera membangunkan Joe dan Amin. Tapi rupanya Amin terlalu capek sehingga dia tidak bangun-bangun. Akhirnya hanya saya dan Joe saya yang bangun. Saya memberi tanda supaya Joe diam, saya ajak dia ngintip bareng.
Begitulah, saya dan Joe mengintip bagaimana hot-nya ayah & ibu Adit. Beberapa saat kemudian tampak sang ayah sudah bersiap memasukkan senjata-nya ke vagina si ibu dalam posisi doggy style. Kulit mereka tampak berkilat karena berkeringat. Joe terlihat sudah sangat terangsang. Dia terlihat mengocok penisnya didalam sarung yang dia pakai saat itu.
Kira2 20 menit kemudian pasangan itu sepertinya segera mendapatkan puncaknya. Si ibu semakin keras mendesah begitu juga si ayah. Ketika sedang seru2nya aktifitas itu, tiba2 si Amin berteriak kencang di belakang kami mengagetkan kami. Dia rupa nya tidak tahu apa yang sedang terjadi karena dia paling lambat bangunnya. Karena kagetnya, kami berdua terlonjak ke depan dan masuk ke ruangan tempat ayah & ibu Adit bermain.
Sambil tertawa Amin menyusul kami masuk. Tawanya langsung berhenti dan bengong dengan mulut yang luar biasa lebar begitu mengetahui apa yang terjadi. Kami saja saking kagetnya sampai terlonjak, apalagi mereka berdua. Tampak wajah ibu Adit yang panik mencari penutup tubuh sekenanya, begitu juga bapak Adit. Sekilas terlihat buah dada ibu Adit yang sangat besar :)
Kami semua bisa melihat betapa marahnya bapak Adit saat itu. Kami bertiga langsung tanpa ampun di tampar dan diberitahu bahwa besok kami semua harus pulang, dengan kata lain.. kami diusir.
Sejak saat itu, kami tidak bisa tidur sampai pagi. Kami menyesal sekali.. dan terutama bingung memikirkan dengan apa yang akan kami katakan kepada Adit.
Pagi-pagi sekali kami berkemas. Kami sempat menghadap orang tua Adit dan meminta maaf dengan benar2. Mereka seperti sudah cooling-down. Mereka juga menyadari kesalahan mereka karena mereka melakukannya tidak di kamar mereka sendiri. Sekitar jam 7 pagi kami pun pamit ke Adit dan keluarganya. Adit mengantar kami ke stasiun, kali ini tidak menggunakan becak karena becak hanya muat max untuk 3 orang saja. Kami berjalan kaki, kira-kira 2 km jauhnya.
Di jalan Adit bercerita bahwa semalam dia tahu apa yang kami lakukan. Tentu saja kami kaget. Kami meminta maaf ke Adit karena sudah bersikap kurang aja kepada keluarganya. Adit mengatakan bahwa biasanya dialah yang mengintip. Tentu saja kami semua kaget. Adit bilang sudah biasa orang tuanya melakukan di ruangan itu daripada di kamarnya karena kamar mereka bersebelahan dengan kamar Adit dan adiknya dan biasanya mereka sangat berisik.
Hampir setiap mereka melakukannya setiap malam, Adit selalu mengintipnya. Bahkan kadang-kadang dia mengintip sambil onani. Saat itu Adit sedang berusaha menghentikan hobby buruknya itu dan malam itu Adit sedang mencoba untuk tidak melakukannya. Makanya dia bisa mendengar berisiknya waktu kami ketahuan, dan dia-pun sebenarnya sedang tertawa sambil ditutupin bantal memikirkan kebodohan teman2nya.
Begitulah salah satu kenangan kami di jogja di luar kenagan akan eksotik dan luar biasanya kota ini. Memang yang saya tulis di atas adalah kenagan bodoh :) Jangan ditiru but I love Jogjakarta lho :)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment